Kamis, 28 Juni 2012

////
12 Oktober 2010
Sekali lagi dia menangis.

Entah ini tangisan keberapa selama seminggu ini. Setiap kali datang selalu saja dengan membawa wajah murung dan kusam. Pakaian biru tua polos lusuh dan tak bemotif selalu dia kenakan. Helaian benang terjuntai dari lengan bajunya yang robek, menggguratkan garis hitam di lengannya. Sehitam nasib yang menuntunnya kesini.
////
Kisah ini bukan tentangku. Tapi tentang hidup dan makna di tiap detiknya. 

..oOo..
Terbangun di pagi hari. Yang nampak dihadapanku hanya gambaran yang sama. Pagi ini begitu gelap. Seperti hari yang lalu, yang lalu lagi dan yang telah lalu. Kurasa pagi ini akan turun hujan. Aku tahu dari hawa sekitar yang  dingin. Sesekali guntur pun tak segan bergelak menertawakan manusia-manusia yang tergopoh-gopoh dituntun oleh dasi dan kopernya. Ya, mereka menuju kantornya masing-masing. Tempat di mana mereka duduk, bercengkrama, browsing internet dan berkirim email, memeriksa laporan dan menerima segepok duit di akhir bulan. Akupun salah satunya.
////
Adakah tempat bagiku di dunia ini?
Ketika pertanyaan ini terucap, tak satupun jawaban yang mampu ku pahami
Untaian cibiran dan tatapan penuh keremehan yang selalu aku dapati

Harusnya aku bertanya kepada kalian, kenapa tak ada yang peduli padaku?
Aku akui, aku pernah hidup dalam kemegahan dunia
Rasa tiap bagiannya yang hitam tak pernah luput untuk ku coba
Urusanku tak pernah luput dari nafsu-nafsu yang memburu
Sedikitpun tak pernah terlintas dosa dan penyesalan dalam pikirku dulu
////
HIKAYAT SANG PEMEGANG API

Pernah terdengar cerita tentang seorang pemegang api.
Dalam genggamannya seberkas api kecil berpijar.
Memberikan seberkas sinar merah menyala.
Menerangi satu sudut gelap dalam setiap langkah.
Menjadi lentera dalam perjalanannya.
Memicu tiap butir semangat dalam hari-harinya.
////
SENJA MENUNDUK DI LANGIT KOPO

Tersadar aku dalam sejenak lamunan singkatku
Tatkala kicau camar kecil perlahan serak parau
Menyanyikan lagu kosong yang tak pernah tentu
Kutengok raut wajah lelah yang berhiaskan peluh
Perlahan kusadari telah puluhan kali butirannya terjatuh

Rabu, 27 Juni 2012

////
NAK

Nak, pundak tuamu terlihat begitu lelah
Istirahatlah
Biar beban ini kau berikan pada penerusmu
Anak asuh dan anak didikmu
Nak, tinta spidolmu perlahan mulai mengering
Berhentilah

Selasa, 26 Juni 2012

////
NAMAKU BUMI

Kenalkan, aku adalah bumi
Tempat dimana hawa nafsu dan keserakahan manusia berkumpul
Tempat dimana harapan dan beban masa depan manusia tercucur
Pada mulanya aku diciptakan untuk memberikan hikmah bagi seluruh alam
Dan itulah janji yang dulu pernah ku katakan pada penciptaku

Entah kenapa sekarang kurasakan berbeda
////
Sebelumnya saya ucapkan selamat buat Yayasan Al Kahfi yang setelah sekian lama akhirnya meluncurkan websitenya ke publik. #salamandulu
Website yang berdomisili di www.yayasanalkahfi.or.id ini adalah website resmi Yayasan Alkahfi yang berpusat di Surabaya.